Didalam dunia
olahraga, tidak hanya metode latihan saja atau bakat yang akan menentukan
prestasi yang dapat diraih oleh seorang atlet namun konsumsi nutrisi yang tepat
dalam sehari-hari secara langsung juga dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap peningkatan performa serta prestasi yang dapat diraih oleh seorang
atlet. Oleh karena itu, atlet yang memiliki tingkat kegiatan aktivitas fisik
yang tinggi akan membutuhkan konsumsi zat gizi yang tepat komposisinya agar
ketersediaan sumber energi di dalam tubuh dapat tetap terjaga baik.
Kebutuhan energi
pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumber energi yang tersimpan di
dalam tubuh yaitu melalui pembakaran lemak, pembakaran karbohidrat, serta
kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan protein. Peranan energi dan gizi dalam
olahraga penting diperhatikan, misalkan kelelahan dapat terjadi akibat tidak
cukupnya ketersediaan nutrient energi yang diperlukan dari glikogen otot atau
glukosa darah (William, 1991).
KEBUTUHAN ZAT GIZI
Kebutuhan gizi
harian atlet berubah-ubah tergantung pada intensitas latihannya. Menu makanan harus
mengandung karbohidrat sebanyak 60-70%, lemak 20-25% dan protein sebanyak
10-15% dari total kebutuhan energi seorang atlet (Direktorat, 1997).
Karbohidrat merupakan
zat gizi sumber energi yang tidak hanya befungsi untuk mendukung aktivitas
fisik seperti berolahraga, namun karbohidrat juga merupakan sumber energi utama
bagi sistem pusat syaraf termasuk otak. Total karbohidrat yang dapat disimpan
di dalam tubuh orang dewasa kurang lebih sebesar 500gr atau mampu untuk
menghasilkan energi sebesar 2000 kkal. Didalam tubuh manusia sekitar 80% dari
karbohidrat akan tersimpan sebagai glikogen di dalam otot, 18-22% akan tersimpan
sebagai glikogen di dalam hati dan sisanya akan bersikulasi di dalam aliran
darah dalam bentuk glukosa (William, 1991).
2. LEMAK
Lemak merupakan
sumber energi yang paling efesien, semakin terlatih seseorang maka semakin
banyak lemak yang dimanfaatkan sehingga glikogen lebih dihemat. Di sel otot
banyak kandungan lemak tapi yang paling banyak di sel lemak letaknya dibawah
kulit. Asam lemak essensial harus diperoleh dari diet, sementara lemak jenuh
harus direstriksi tidak lebih 10% intake energi. Jumlah lemak dalam makanan
yang dibutuhkan seorang atlet berkisar antara 20-30% dari total energi
(Soekarman, 1987).
Protein tidak
memiliki dampak besar terhadap energi, tetapi diet atlet harus cukup protein
yang dipelukan untuk penyembuhan dan pertumbuhan otot, jika kurang akan
merugikan kegiatan otot. Jumlah protein yang dianjurkan pada atlet untu
membentuk kekuatan otot dan kecepatan sebesar 1,2-1,7 g/kgBB/hari, untuk
ketahanan dianjurkan 1,2-1,4 g/kgBB/hari. Pada latihan intensitas rendah
protein diperlukan 1,4-2 g/kgBB/hari, latihan berat sebesar 2 g/kgBB/hari, dan
saat latihan intensif diperlukan 2,2-2,9 g/kgBB/hari. Protein hewani dan nabati
harus diberikan dalam jumlah kurang lebih sama (Yessis dan Trubo, 1993).
4. VITAMIN & MINERAL
Vitamin dan
mineral memainkan peranan penting dalam mengatur dan membantu reaksi kimia zat
gizi penghasil energi, sebagai koenzim dan ko faktor. Kebutuhan vitamin
terutama vitamin yang larut air (vit B dan C) meningkat sesuai dengan
meningkatnya kebutuhan energi. Tambahan beberapa vitamin dan mineral yang
penting diperhatikan dalam kaitannya dengan olahraga seperti vitamin A, B, C, D,
E dan K mineral seperti Ca, Fe, Na, K, P, Mg, Cu, Zn, Mn, J, Cr, Se dan F
(Clark, 1996).
5. AIR & SERAT MAKANAN
Air dalam tubuh
merupakan komponen terbesar dimana proporsinya mencapai 60-70% berat badan
orang dewasa. Selama pertandingan yang memerlukan kebutuhan seperti maraton
atau jalan cepat harus diperhatikan pengisian cadangan zat cair. Kehilangan air
yang melebihi 4-5% dari berat badan dapat mengganggu penampilan atlet. Dehidrasi
berat potensial dapat menyebabkan temperatur tubuh meningkat dan mengarah ke
heat stroke yang berakibat fatal. Serat makanan yang tinggi didapat dari
sayuran, buah-buahan, grain dan kacang-kacangan (William, 1991).
Tabel kebutuhan
energi BB/24 jam menurut macam olahraga
Jenis kelamin
|
Kal/kg BB/24 jam
|
|||
Olahraga ringan
|
Olahraga sedang
|
Olahraga berat
|
Olahraga berat sekali
|
|
Laki-laki
|
42
|
46
|
54
|
62
|
Wanita
|
36
|
40
|
47
|
55
|
Sumber:
Purba, 2006
Atlet dalam
latihan intensitas sedang dengan durasi pendek disarankan untuk mengkonsumsi
karbohidrat sebesar 5-7 gr/kg BB/hari. Atlet dengan persiapan intensitas tinggi
direkomendasikan untuk mengkonsumsi karbohidrat sebesar 7-12 gr/kg BB/hari. Sedangkan
atlet yang menjalankan program latihan dengan total waktu antara 4-6 jam
perhari, disarankan untuk memperbesar konsumsi karbohidrat hingga 10-12 gr/kg
BB/hari. Konsumsi karbohidrat dapat meningkatkan jumlah simpanan glikogen
sebesar 25-100% dan dapat menunda terjadinya kelelahan pada saat
latihan/pertandingan hingga 20%. Beberapa jenis dari bahan pangan yang kaya
akan kandungan karbohidrat tinggi dan dapat dikonsumsi pada masa persiapan
adalah kentang, pasta, sereal, singkong, sebagian besar jenis nasi, roti putih,
roti gandum, buah pisang dan apel (Wolinsky, 1994).
Salah satu
tujuan utama mengkonsumsi karbohidrat setelah selesainya olahraga adalah untuk
mengisi kembali simpanan glikogen yang terpakai sehingga kondisi atlet dapat
secara cepat dipulihkan agar dapat menjadi lebih siap untuk menghadapi sesi
latihan selanjutnya. Pada saat setelah selesainya latihan/pertandingan olahraga
dimana simpanan glikogen berada pada jumlah terendah, sehingga pemberian
karbohidrat secara efisien akan mengisi kembali simpanan glikogen.
Untuk mempersingkat
waktu pemulihan agar performa dapat cepat terjaga untuk menghadapi
latihan/pertandingan selanjutnya, dalam interval 2 jam setelah selesainya
olahraga, direkomendasikan mengkonsumsi karbohidrat sebesar 50-100 gr atau
dapat mengkonsumsi 1-1,2 gr karbohidrat/ kg BB/jam dalam interval 4 jam. Adapun
total konsumsi karbohidrat dilakukan dalam interval 24 jam sebesar 600 gr. Karena
setelah melakukan olahraga tubuh juga akan membutuhkan cairan, maka kebutuhan
karbohidrat dan cairan secara simultan dapat dipenuhi melalui konsumsi jus
buah-buahan (Wolinsky, 1994).
PENGATURAN MAKAN ATLET
a. Periode persiapan
-
Diet tinggi
karbohidrat sampai 80%
-
Pola makan 5-6
kali/hari : 3x makanan utama dan 2-3x makanan selingan
b. Pengaturan makan saat pertandingan
-
3-4 jam sebelum
bertanding makan makanan lengkap, syarat mudah dicerna, tidak merangsang dan
bergas, karbohidrat tinggi, rendah lemak dan protein serta cukup vitamin dan
mineral
-
1-2 jam sebelum
bertanding makan makanan kecil (< 500 kal), sebelum bertanding hindari minum
yang manis sekali (<2,5% gula)/jus
-
30-60 menit
minum air 150-250 ml atlet tidak boleh merasa haus/dehidrasi
c. Periode pertandingan
-
Minum teratur 10-15
menit sebanyak 150-250 ml air dingin
-
Pada olahraga
endurance (>2jam) minuman harus mengandung karbohidrat dan elektrolit
-
Makanan tinggi
karbohidrat padat misalnya pisang, jus, dll
d. Periode pemulihan
-
Segera setelah
pertandingan : minum 1-2 gelas air sejuk
-
½ jam setelah
tanding : jus 1 gelas
-
1 jam setelah
tanding : jus 1 gelas dan snack (<300 kal)
-
2 jam setelah
tanding : makanan lengkap porsi kecil rendah lemak
- 4 jam setelah tanding : makan sesuai kebutuhan (Clark,
1996).
DAFTAR PUSTAKA
Clark N. (1996). Petunjuk Gizi. PT Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
Departemen Kesehatan RI. (1997). Gizi Olahraga Untuk Prestasi. Departemen Kesehatan
RI: Jakarta.
Purbo. A. (2006). Kardiovaskuler dan Faal Olahraga. Bandung: Fakultas Kedokkteran Universitas
Padjajaran.
Soekarman. (1987). Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta: Inti
Idayu Press.
William MH. (1991). Nutrition for
Fitness and Sport. Brown Publisher: Jowa.
Wolinsky I, Hickson JF. (1994).
Nutrition in Exercise and Sport. CRC Press: London.
Yessis M, Trubo R. (1993). Rahasia
Kebugaran Dan Pelatihan Olahraga Soviet. ITB: Bandung.